-Barbara Colorose-
Walau
lebih mudah mendidik anak-anak yang "sudah baik", tetapi tugas
pendidik yang sejati adalah mendidik mereka yang masih "mencari
jalannya".
Nabi Muhammad Saw. tidak pernah dididik di
sekolah atau universitas mana pun. Beliau juga tidak pernah belajar
baca-tulis pada masa mudanya. Beliau benar-benar buta huruf, tetapi
ucapan dan tindakannya penuh dengan prinsip-prinsip yang tak habis
digali untuk disiplin psikologi, filsafat, dan prinsip-prinsip
pendidikan. Beliau mengajari para sahabat prinsip-prinsip dasar
moralitas, akhlak, dan agama. Sang guru pun memberi mereka kekayaan
nilai dan ukuran abadi yang membentuk dasar kebudayaan mereka dan
generasi selanjutnya dalam berbagai dimensinya: pendidikan, sastra,
filsafat, ekonomi, fisika, kedokteran, astronomi, politik, perdagangan,
psikologi, dan berbagai pengetahuan lainnya yang meliputi setiap
cabang kegiatan manusia.
Kebudayaan Islam, yang tumbuh pesat
tidak sampai seabad setelah wafat Nabi Muhammad Saw, mempengaruhi bukan
hanya peradaban dan kebudayaan manusia pada masa itu, melainkan juga
meninggalkan jejak abadi dalam sejarah umat manusia. Seluruh peradaban
dan kebudayaan manusia menerima dorongan luar biasa dari warisan
kekayaan budaya Sang Nabi, khususnya dalam perkembangan dan kemajuan
sains serta penyempurnaan akhlak. Kontribusi beliau terhadap ilmu
pengetahuan, sains, dan moralitas begitu unik dan tiada bandingnya
sepanjang sejarah.
Nabi Muhammad Saw. adalah satu-satunya manusia
yang bisa benar-benar disebut sebagai pembentuk arah sejarah manusia.
Beliau mempersembahkan pengetahuan sebagai pengganti kebodohan, nalar
sebagai pengganti adat dan tradisi, serta kebebasan berpikir dan
penelitian sebagai pengganti taklid buta.
Nabi Muhammad SAW.
adalah sesosok guru yang telah memenuhi semua sifat dan syarat seorang
guru yang telah ditetapkan oleh para ahli pendidikan. An-Nahlawi
misalnya, menetapkan sepuluh sifat dan syarat bagi seorang guru yaitu :
Pertama,
harus memiliki sifat rabbani, artinya seorang guru harus mengaitkan
dirinya kepada Tuhan melalui ketaatan pada syariatnya.
Kedua,
harus menyempurnakan sifat rabbaniahnya dengan keikhlasan, artinya
aktivitas pendidikan tidak hanya utntuk sekedar menambah wawasan
melainkan lebih dari itu harus ditujukan untuk meraih keridaan Allah
SWT. serta mewujudkan kebenaran.
Ketiga, harus mengajarkan ilmunya dengan sabar.
Keempat, harus memilki kejujuran, artinya yang diajarkan harus sesuai dengan yang dilakukan.
Kelima, harus berpengetahuan luas dibidangnya.
Keenam, harus cerdik dan trampil dalam menciptakan mertode pengajaran yang sesuai dengan materi.
Ketujuh, harus mampu bersikap tegas dan meletakan sesuatu sesuai dengan proporsinya.
Kedelapan, harus memahami anak didik baik karakter maupun kemampuannya.
Kesembilan, harus peka terhadap fenomena kehidupan.
Kesepuluh, harus bersikap adil terhadap seluruh anak didik.
Nabi
Muhammad Saw. membangkitkan manusia dari jurang kehidupan hewani
menuju sebuah kehidupan yang bahkan lebih tinggi derajatnya daripada
para malaikat.
Pribahasa “guru kencing berdiri murid
kencing berlari” atau kata “guru” dimaknai dengan “digugu dan ditiru”,
menunjukan betapa sosok seorang guru dituntun untuk selalu
memperlihatkan prilaku yang baik, karena disadari atau tidak, kata-kata
dan prilaku seorang guru akan menjadi panutan bagi murid-muridnya.
-A lice Wellington Rollins-
Indikasi
bahwa seseorang bisa disebut guru (pendidik) yang hebat bukanlah pada
kemampuannya mengajarkan murid untuk pintar menjawab semua jenis
pertanyaan, tetapi pada kemampuannya menginspirasi murid agar
mengajukan pertanyaan yang dia sendirinya kesulitan untuk menjawabnya.
RASA
HORMAT ITU DIDIDIKKAN, TIDAK OTOMATIS AKAN MUNCUL KARENA DIA SEORANG
ANAK DARI ORANG TUANYA... ATAU DIA SEORANG MURID DARI GURUNYA...
0 Response to "GURU (DIGUGU LAN DITURU)"
Posting Komentar