Cara Kerja Paytren

Follow on G+

WARISKAN KEBAIKAN

Sebagai makhluk tertinggi ciptaan Allah, manusia

harus menjalankan tugas dan amanat

kekhalifahannya di muka bumi dengan baik.

Hidup tak boleh dimaknai hanya sebagai

anugerah (kenikmatan), tetapi juga amanah yang

menuntut tugas dan tanggung jawab.

Manusia harus bekerja keras agar mampu

mewariskan kebaikan yang besar (leaving a

legacy) bagi umat manusia. Kalau bisa, itu lebih

besar ketimbang usia yang diberikan Tuhan

kepadanya. Dalam memaknai pekerjaan yang

dilakukan, manusia memiliki pemahaman yang

beragam dan berbeda-beda. Sekurang-

kurangnya, ada empat tingkatan dalam soal ini.

Pertama, orang yang bekerja untuk hidup (to

live), bukan hidup untuk bekerja. Ia memaknai

pekerjaannya sekadar mencari sesuap nasi. Motif

utama pekerjaannya adalah fisik-material. Ini

merupakan fenomena kebanyakan orang

('ammat al-nas).

Kedua, orang yang bekerja untuk memperkaya

perkawanan (to love). Ia memaknai pekerjaannya

tak hanya mencari harta, tetapi memperbanyak

pergaulan dan pertemanan. Motif utama

pekerjaannya adalah relasi-sosial, silaturahim,

atau komunikasi antar sesama manusia

(interhuman relations).

Ketiga, orang yang bekerja untuk belajar (to

learn). Ia memaknai pekerjaannya sebagai

wahana mencari ilmu, menambah pengalaman,

dan menguji kemampuan. Jadi, berbeda dengan

kedua orang sebelumnya, motif utama kerja

orang ketiga ini adalah intelektual.

Lalu, keempat, orang yang bekerja untuk berbagi

kenikmatan dan mewariskan kebaikan sebesar-

besarnya kepada orang lain (to leave a legacy). Ia

memaknai pekerjaannya sebagai ibadah kepada

Allah SWT. Motif utama pekerjaannya adalah

rohani (spiritual). Firman Allah, "Dan, aku tidak

menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku." (QS Al-Dzariyat

[51]: 56).

Orang keempat inilah orang terbaik seperti

ditunjuk oleh sabda Nabi SAW, "Khair-u al-nas

anfa'uhum li al-nas (sebaik-baik manusia adalah

orang yang paling besar mendatangkan manfaat

bagi orang lain)." (HR Thabrani dari Jabir).

Menurut pengarang kitab Faydh al-Qadir, al-

Manawi, manfaat itu bisa diberikan melalui ihsan,

yakni kemampuan kita berbagi kebaikan kepada

orang lain, baik melalui harta (bi al-mal) maupun

kuasa (bi al-jah) yang kita miliki. Warisan kebaikan

itu, menurut al-Manawi, bisa berupa sesuatu

yang manfaatnya duniawi, seperti donasi dan

bantuan material, atau bisa juga berupa sesuatu

yang bernilai agama (ukhrawi), seperti ilmu,

pemikiran, dan ajaran yang mencerahkan dan

membawa manusia kepada kebaikan.

Malahan, menurut al-Manawi, warisan dalam

wujud yang kedua ini dianggap lebih mulia

dibanding yang pertama. Mengapa? Sebab, yang

kedua ini mendatangkan manfaat lebih besar bagi

manusia, tak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat

kelak. Wallahu a'lam.

Read more: http://siradel.blogspot.com/

0 Response to "WARISKAN KEBAIKAN"

Posting Komentar